Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Remix Cash

Sejarah Sunan Muria, Wali Santun Yang Diteladani

Sunan Muria adalah salah satu wali yang hidup terpencil di lereng pegunungan. Beliau merupakan guru dan pendidik yang terbilang berhasil dalam melakukan dakwah hingga jasa-jasanya dikenang sampai saat ini. Bagaimanakah metode dakwah yang dilakukannya? Berikut ini sekelumit kisah Sunan Muria.
sunan muria


Biografi Sunan Muria

Memiliki nama kecil Raden Prawoto atau Raden Umar Said, beliau merupakan anak dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Dewi Saroh merupakan saudara dari Sunan Giri. Bisa dikatakan, Sunan Muria ini masih berkerabat dekat dengan Sunan Ampel dan Sunan Gresik. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah yang merupakan saudara dari Sunan Kudus. Begitulah silsilah dari wali songo yang kesemuanya memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat.

Sejak kecil, Sunan Muria merupakan anak yang cukup santun dan memiliki karakter berbudi luhur. Beliau menuruni bakat kesenian yang mengalir dari darah ayahnya, Sunan Kalijaga. Gaya berdakwahnya memang terbilang mirip dengan ayahnya, namun Sunan Muria tidak suka hidup di daerah keramaian. Beliau lebih memilih tinggal di pedalaman atau wilayah terpencil dan melakukan dakwah kepada orang-orang yang berada di sana.

Metode Dakwah Sunan Muria

Pusat dakwah yang dilakukan Sunan Muria yaitu berada di daerah puncak gunung Muria yaitu di daerah Colo. Beliau memulai dakwah pada orang-orang yang hidup di sekitar gunung dan lereng Muria. Mengajari mereka cara bercocok tanam, cara berdagang yang benar dan juga melaut. Sunan Muria kemudian memperluas daerah dakwahnya ke wilayah sekitarnya yaitu wilayah Kudus, Tayu dan Juwana. Beliau tetap memilih tempat yang terpencil yang berada di puncak atau lereng gunung. Oleh sebab itu, Sunan Muria dan murid-muridnya merupakan orang-orang yang kuat dan tangguh karena terbiasa berjalan kaki untuk mencapai tempat-tempat terpencil.

Sunan Muria terbilang orang yang sangat dermawan. Beliau senang sekali berbagi ilmu dan pengetahuan. Mengajarkan penduduk setempat mengenai hal-hal secara umum untuk kemudian menyisipinya dengan ajaran agama. Cara atau pendekatan seperti ini cukup sukses menarik perhatian dan membuat penduduk mempelajari agama Islam.

Metode dakwah yang dilakukan oleh ayahnya, Sunan Kalijaga, juga masih tetap dipergunakan. Sulitnya mendekati dan menanamkan pola pikir pada penduduk yang masih kental dalam keyakinan nenek moyang adalah salah satu alasan mengapa Sunan Muria juga melakukan pendekatan budaya. Beliau tidak serta merta mengharamkan tradisi sebelumnya seperti neloni, mitoni, nyatus dan nyewu dino. Hanya saja, beliau mengganti bakar kemenyan dan sesajen dengan sholawat dan doa untuk ahli kubur.

Dalam kehidupan sosialnya, Sunan Muria dipercaya sebagai orang yang bisa memberikan solusi atas segala permasalahan. Berbekal pengalaman dan ilmu yang dikuasainya. Sunan Muria dipercaya untuk menjadi penengah dalam konflik internal di kesultanan Demak yang terjadi pada tahun 1518-1530 M. Keberhasilannya membuat nama Sunan Muria semakin terkenal dan disegani.

Sikapnya yang santun dan bijaksana merupakan cerminan dari seorang yang berpendidikan dan berpengetahuan luas. Tanpa memandang level dan status, Sunan Muria senantiasa senang bergaul dan berkumpul dengan penduduk sekitar. Terkadang Sunan Muria juga menggunakan gamelan dan wayang sebagai media atau jembatan untuk bisa meraih hati penduduk sekitar. Dalam kesenian tersebut, disisipkan ajaran agama Islam yang dianutnya.

Sunan Muria memiliki beberapa benda peninggalan yang masih disimpan dan dijaga kelestariannya hingga kini. Salah satunya adalah pelana kuda dan gentong. Hingga kini pelana kuda tersebut dimanfaatkan oleh penduduk sekitar dalam ritual meminta hujan. Gentong Sunan Muria memiliki keutamaan yaitu tidak pernah berhenti dialiri air, dan air ini diyakini mampu mencegah dan menyembuhkan orang sakit.

Post a Comment for "Sejarah Sunan Muria, Wali Santun Yang Diteladani"