Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Remix Cash

Sejarah Sultan Hasanuddin, Si Ayam Jantan Dari Timur

Si ayam jantan dari timur, inilah julukan yang diberikan Belanda kepada Sultan Hasanuddin karena kegigihan dan keberaniannya. Selama 16 tahun, Sultan Hasanuddin terus bergerilya menolak untuk tunduk pada pemerintahan penjajah. Sebagai pimpinan tertinggi kerajaan Gowa, beliau terus berjuang mempersatukan kerajaan kecil di sekitarnya. Berikut ini adalah kisah singkatnya.
sultan hasanuddin


Sultan Hasanuddin, Raja Gowa Yang Cerdas Dan Beragama Kuat

Sultan Hasanuddin memiliki nama lengkap I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe, lahir di Makassar pada tanggal 12 januari 1631. Ayahnya seorang Raja Kerajaan Gowa yang ke 15. Ibunya bernama I Sabbe To’mo Lakuntu yang merupakan putri bangsawan Laikang.

Sejak kecil, Hasanuddin dekat dengan kakeknya yang semasa itu masih menjadi Raja Gowa ke 14, Sultan Alauddin. Oleh sebab itu, ketika Sultan Alauddin mangkat, Hasanuddin kecil sangat bersedih. Kemudian, Ayahnya Sultan Malikussaid naik tahta menjadi Raja Gowa ke 15. Hasanuddin remaja dididik sejak remaja oleh ayahnya. Hal ini bertujuan untuk mengasah kemampuan dan jiwa kepemimpinannya, mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan serta mengajari strategi peperangan.

Di samping itu, kecerdasan dan kemampuan Sultan Hasanuddin juga terlihat dalam bidang ilmu agama. Beliau belajar di Pusat Pendidikan dan Pengajaran Islam di Masjid Bontoala. Pendidikan inilah yang pada akhirnya membentuk karakter Sultan Hasanuddin menjadi orang yang taat beragama, rendah hati, jujur, tekad yang kuat dan tidak mudah menyerah.

Pecahnya Perang

Bangsa Belanda melihat bahwa daerah timur merupakan tambang emas dalam perdagangan rempah-rempah. Sifat yang tamak dan rakus membuat VOC berusaha sekuat tenaga untuk bisa memonopoli perdagangan. Pada saat itu, Kerajaan Gowa merupakan kerajaan besar yang menguasai jalur perdagangan. Sultan Hasanuddin naik tahta pada tahun 1653 di usianya yang ke 22 tahun menggantikan ayahnya Sultan Malikussaid.

Sultan Malikussaid merupakan Raja yang menentang terhadap penjajahan Belanda dalam hal ini VOC dan keteguhan ini diikuti oleh Sultan Hasanuddin. Kecurangan dan ketidakadilan VOC dalam melakukan perdagangan membuat Raja Gowa tidak mau bekerja sama dengan mereka. VOC menetapkan harga-harga rendah dan memaksa orang-orang menjual hasil rempah pada mereka. VOC juga memaksa rakyat untuk menebang tanaman rempah di beberapa tempat agak stok rempah tidak melimpah. Hal ini tentu saja merugikan rakyat.

VOC menganggap kerajaan Gowa adalah salah satu penghalang tujuan monopoli mereka. Pada tahun 1666, Belanda berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, namun mereka masih belum mampu mengalahkan armada laut Kerajaan Gowa. Pertempuran demi pertempuran terus berlangsung. Kerajaan Gowa cukup tangguh untuk ditaklukkan oleh tentara Belanda.

Di samping melakukan perang dengan Belanda, Sultan Hasanuddin tidak henti-hentinya terus mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya. Beliau menggalang kekuatan yang lebih besar untuk bisa mengusir penjajah Belanda dari Nusantara. Peperangan yang berlangsung cukup lama, membuat rakyat dan armada perang kerajaan Gowa terdesak dan semakin lelah. Kekuatan mliliter Belanda tiada henti mengalir, hingga pada akhirnya Sultan Hasanuddin menyerah dan bersedia menandatangani Perjanjian dengan VOC yang disebut sebagai Perjanjian Bungaya pada 18 November 1667.

Perjanjian Bungaya dirasa sangat merugikan rakyatnya, oleh karena itu Sultan Hasanuddin kembali bangkit melawan penjajah Belanda. Perang besar pecah pada 12 april 1668. Pertempuran sengit dilancarkan oleh Sultan Hasanuddin dan pasukannya. Namun, jumlah tentara Belanda semakin meningkat hingga akhirnya Benteng utama Kerajaan Gowa, Benteng Sombaopu, berhasil ditaklukkan pada tanggal 24 juni 1669.

Setelah kerajaan Gowa jatuh di tangan Belanda, Sultan Hasanuddin mundur dari tahta kerajaan pada 29 juni 1669 namun tetap menolak untuk diberi pengampunan oleh Belanda. Beliau mundur dan mengasingkan diri. Di sisa akhir hidupnya, Sultan Hasanuddin mengajar ilmu agama dan tidak lupa untuk menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air pada murid-muridnya.

Post a Comment for "Sejarah Sultan Hasanuddin, Si Ayam Jantan Dari Timur"