Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Remix Cash

Aksi Heroik Seorang Istri dan Ibu Dalam Sejarah Cut Nyak Dhien

Dalam sejarah perjuangan melawan bangsa penjajah, bumi nusantara tidak hanya melahirkan pahlawan laki-laki. Para wanita pun ikut serta turut berjuang melawan kekejaman penjajah. Salah satunya adalah Cut Nyak Dien. Pahlawan nasional wanita dari Aceh ini adalah seorang istri sekaligus ibu yang turut serta turun ke medan perang menggerilya pasukan penjajah selama 32 tahun lamanya. Bagaimanakah perjalanan hidup beliau?
cut nyak dien


Biografi Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien lahir di Lampadang Aceh pada tahun 1848. Beliau merupakan keturunan bangsawan yang dihormati di wilayah tersebut. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang keturunan Minangkabau. Cut Nyak Dien kecil merupakan remaja yang cantik dan banyak yang ingin memperistrinya. Selain kecantikannya, Cut Nyak Dien juga memiliki budi perkerti yang luhur. Beliau dibekali ilmu agama oleh orang tuanya dan juga mendidik Cut Nyak Dien menjadi wanita sesuai kodratnya yaitu menjadi istri dan ibu. Pada usia 12 tahun, Cut Nyak Dien dijodohkan dengan Teuku Cek Ibrahim Lam Nga.

Masa Perang Aceh

Awal mula perang Aceh terjadi pada tanggal 26 maret 1873 yang ditandai sebuah meriam yang diluncurkan Belanda ke daratan Aceh. Belanda menyatakan perang karena Aceh menolak tunduk terhadap pemerintah kolonial belanda. Perang Aceh pertama ini dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syach. Belanda mengirim sekitar 3000 prajurit untuk menggempur dan melumpuhkan Aceh. Suami Cut Nyak Dien turut berperang di barisan depan. Perang Aceh yang pertama ini dapat dimenangkan oleh pihak Aceh.

Pada tahun 1874, Belanda kembali mengirimkan pasukannya menyerang Aceh. Namun sayangnya, pertempuran kedua ini tak dapat dimenangkan oleh Aceh karena Belanda datang dengan pasukan dan strategi yang lebih kuat. Cut Nyak Dien dan para ibu-ibu mengungsi dari Aceh pada tanggal 24 desember 1975 karena kesultanan Aceh telah jatuh ke tangan Belanda. Dalam pengungsiannya, Cut Nyak Dien mendengar kematian suaminya. Beliau marah dan murka hingga mengeluarkan sumpah akan menghancurkan Belanda.

Cut Nyak Dien bermaksud ikut berperang melawan penjajah Belanda namun para pejuang lainnya tidak mengizinkan. Namun semangat Cut Nyak Dien tidak pernah padam. Teuku Umar, tokoh dan pemimpin perjuangan perang Aceh, ingin memperistri Cut Nyak Dien, namun beliau menolaknya. Teuku Umar berjanji akan mengizinkan Cut Nyak Dien turun ke medan perang jika bersedia menikah. Akhirnya Cut Nyak Dien menikah lagi dengan Teuku Umar. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai seorang anak yang diberi nama Cut Gambang.

Perjuangan melawan penjajah terus berlanjut. Akan tetapi, Teuku Umar melakukan muslihat kepada Belanda. Teuku Umar berbuat seolah-olah ia berada di pihak Belanda. Belanda yang mempercayai muslihat Teuku Umar bahkan memberikan gelar padanya. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa telah ditipu oleh Teuku Umar. Di lain pihak, orang Aceh menganggap Teuku Umar seorang Pengkhianat karena dia selalu dekat dengan Belanda. Hingga pada saatnya tiba, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien mencuri persenjataan milik Belanda.

Kejadian ini membuat Belanda marah dan semakin bertindak agresif dalam perang Aceh. Teuku Umar tewas tertembak dalam sebuah peperangan di Meulaboh pada tahun 1899. Kematian suami keduanya ini membuat Cut Nyak Dien semakin membenci Belanda. Dengan segala kekuatannya, Cut Nyak Dien bertempur habis-habisan bersama sisa anak buah suaminya. Tahun demi tahun perang tak kunjung usai, Cut Nyak Dien beranjak menua dan memiliki penyakit encok. Kondisi ini membuat anak buahnya prihatin dan membocorkan lokasi Cut Nyak Dien pada Belanda.

Cut Nyak Dien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Beliau dirawat di sana hingga penyakitnya berangsur membaik. Namun, ada satu ketakutan Belanda bahwa Cut Nyak Dien kelak akan kembali berperang. Oleh sebab itu, Cut Nyak Dien dibuang ke Sumedang Jawa Barat dan menghembuskan nafas terakhirnya di sana.

Itulah sepenggal kisah mengharukan tentang satu pahlawan wanita Aceh yang namanya tetap harum hingga kini. Keberaniannya untuk turun dan berperang melawan penjajah dengan tangannya sendiri adalah satu hal yang patut diacungi jempol.

Post a Comment for "Aksi Heroik Seorang Istri dan Ibu Dalam Sejarah Cut Nyak Dhien"